Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad <p>Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities is a scientific journal published by the Department of History of Islamic Civilization (SPI) at the Raden Mas Said State Islamic University of Surakarta (UIN Surakarta) This journal is dedicated to exploring and socializing various creative and innovative new ideas from academics, lecturers, student, and observers. First, is the history of Islamic civilization which includes ideas, social systems, object relics, philosophy, theory and methodology, historiography, and others. Second, humanities studies include linguistics, literature, education, philosophy, archeology, arts, and social sciences which have humanity content. Al-Isnad is Published twice a year (June and December) and welcomes contributions in the form of original communications (Research papers), reviews, discussion papers, and also special themed issues on relevant topics.</p> <p>In connection with the results of Accreditation of Scientific Journals Period I of 2023 and the issuance of the Decree of the Director General of Higher Education, Research, and Technology Number 79 / E / KPT / 2023, dated May 11, 2023, concerning Accreditation Rankings of Scientific Journals period I of 2023, we as a result of this respectfully convey the results of accreditation as attached: Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities, new Accreditation Rank 4 from Volume 1 Number 1 of 2020 to Volume 5 Number 2 of 2024.</p> UIN Raden Mas Said Surakarta en-US Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities 2798-186X Waduk Gajah Mungkur dalam Surat Kabar: Propaganda dan Wacana Keberhasilan Pemerintah Orde Baru https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7479 <p>Waduk Gajah Mungkur merupakan program pemerintah pusat untuk menjinakkan beberapa aliran Sungai Bengawan Solo. Proses pembangunan waduk ini berdampak besar pada masyarakat sekitar karena wilayahnya akan digenangi air serta adanya rencana pemindahan penduduk dalam jumlah yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui narasi media mengenai pembangunan dan dampak pembangunan waduk. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan fokus kajian pada analisa media masa. Pembangunan Waduk Gajah Mungkur selama pembangunan banyak digambarkan sebagai proses kemajuan ekonomi dan pemindahan pendudukan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di daerah yang baru, namun proses pemindahan dan suara masyarakat yang dipindahkan tidak banyak mendapat perhatian dari media. Model pemberitaan dalam media masa cenderung mengikuti narasi yang dikeluarkan oleh pemerintah yang cenderung bersifat positif dan mengikuti narasi yang dibuat oleh pemerintah pusat. Pasca pembangunan waduk, terdapat narasi yang cenderung negatif mengenai dampak pembangunan waduk.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Narasi media, Orde Baru, Waduk Gajah Mungkur.</p> Dennys Pradita Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-28 2023-12-28 4 02 1 16 10.22515/isnad.v4i02.7479 Simbolisasi Wanita Jawa Utama dari Perspektif Pakubuwono X: Tinjauan Kritis pada Serat Wulang Reh Putri https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7818 <p>Serat merupakan salah satu karya sastra Jawa yang memuat ajaran dan nilai adiluhung. Salah satu serat yang memuat tentang ajaran wanita adalah Serat Wulang Reh Putri karya Pakubuwono X. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan simbolisasi wanita Jawa utama dalam serat wulang reh putri. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika Charles Sanders Pierce. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah teks Serat Wulang Reh Putri yang tersimpan di Museum Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik studi dokumen dan pembacaan intensif. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan ilmu semiotika Charles Sanders Pierce. Hasil analisis data ditemukan Pakubuwono X memberikan contoh beberapa tokoh wanita dalam beberapa kisah, diantaranya adalah Dewi Adaninggar dan Dewi Citrawati. Pakubuwono X juga mengajarkan tentang simbolisasi hati yang menjadi bekal utama yang harus dimiliki dalam sebuah pernikahan. Terakhir, Pakubuwono X memberikan pemahaman tentang 3 bekal yang harus dimiliki oleh seorang istri, yaitu berbakti, melayani, dan menghormati suami dengan sepenuh hati. Serat Wulang Reh Putri ini juga bisa dijadikan alternatif pembelajaran untuk membentuk karakter wanita Jawa utama di era globalisasi. Utamanya penekanan tentang pentingnya penerimaan, pengabdian, dan pemahaman posisi wanita dalam keluarga.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>pandangan Pakubuwono X; semiotika Charles Sanders Pierce; Serat Wulang Reh Putri; simbolisasi wanita Jawa utama.</p> Bagus Wahyu Setyawan Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-28 2023-12-28 4 02 17 31 10.22515/isnad.v4i02.7818 Tradisi Jembaran: Analisis Teori Fungsional Malinowski Dalam Tradisi Santri Al Falah Kebumen di Bulan Muharram https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7767 <p>Penelitian ini membahas tentang sebuah tradisi <em>jembaran </em>di kalangan santri Pondok Pesantren Al Falah Kebumen. Dalam menguraikan pembahasan ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Penelitian ini di dukung oleh teori fungsional Malinowski sebagai pisau analitisnya. Melalui studi pustaka (<em>library research) </em>dan wawancara, penelitian ini menghasilkan beberapa poin pembahasan. <em>Pertama, </em>mengenai hakikat pondok pesantren yang merupakan bagian kecil dari miniatur kehidupan masyarakat yang mampu menciptakan suatu tradisi. <em>Kedua, </em>memberikan penegasan mengenai tradisi Islam yang merupakan hasil olah pikiran sekelompok orang yang mumpuni terhadap keagamaannya, dan bukan merupakan hasil ciptaan Tuhan. <em>Ketiga, </em>memberikan alur historis kemunculan tradisi <em>jembaran. Keempat, </em>analisa teori fungsional Malinowski dalam tradisi <em>jembaran. </em>Adapun kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini ialah penegasan bahwa tradisi <em>jembaran </em>lahir sebagai perwujudan rasa syukur mereka (santri) terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Tidak hanya itu, tradisi <em>jembaran </em>ini juga memiliki fungsi untuk meningkatkan kereligiusan santri. Adapun fungsi yang dimaksudkan disini diantaranya adalah sebagai sarana untuk menambah keimanan dan ketakwaan, sarana berjiwa sosial, dan bersyukur.</p> <p><strong>Kata Kunci : </strong>fungsi, <em>jembaran,</em> pondok pesantren, tradisi.</p> Mokhammad Fadhil Musyafa Ahmad Arif Kurniawan Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-28 2023-12-28 4 02 32 46 10.22515/isnad.v4i02.7767 VERNAKULARISASI FIKIH SALAT: Studi Atas Kitab-Kitab Fasalatan di Jawa Abad XX https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7661 <p>Artikel ini berusaha mengungkapkan kitab-kitab <em>fasalatan</em> yang tersebar luas dan dipelajari oleh umat Islam di Jawa pada abad XX. Abad XX menjadi periode penting, saat mana teknologi cetak digunakan secara masif oleh muslim Indonesia, termasuk Jawa, untuk mencetak dan menerbitkan karya-karya tulis mereka. Salah satu karya yang banyak dicetak adalah kitab <em>fasalatan</em>. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, seperti <em>fasalatan </em>karya kiai Raden Asnawi (Kudus), <em>Fasalatan Lengkap Sabil al-Najah</em> karya Kiai Ahmad Sakhawi Amin Pekalongan, <em>fasalatan</em> karya Kiai Musyawwir bin Haji Anwar Purworejo, <em>Fasalatan al-Nur al-Mubin fi Adab al-Mushallin</em> karya Kiai Misbah Mustofa Bangilan Tuban, <em>Fasalatan</em> Kiai ‘Alawi Shafwan dan <em>Syiir Fasalatan</em> Kiai Sya’rani bin Haji Shalih Magelang. Berdasarkan analisis historis, terungkap bahwa kitab <em>fasalatan </em>merupakan usaha yang dilakukan oleh kiai-kiai di Jawa dalam membumikan fikih salat sesuai dengan bahasa mereka (bahasa Jawa). Penyesuaian dari bahasa Arab ke dalam bahasa Jawa merupakan bentuk vernakularisasi. Dengan cara ini, akhirnya fasalatan menjadi mudah dipahami dan memainkan peran penting dalam membimbing umat Islam di Jawa dalam melaksanakan ibadah salat yang baik dan benar. Kitab-kitab <em>fasalatan</em> lahir dari ketekunan kiai-kiai yang kental dengan tradisi keilmuan pesantren, sehingga tuntunan salat yang disusun sesuai dengan fikih madzab Syafii, sebagaimana fikih arus utama yang berkembang dan dilestarikan di pesantren-pesantren di Jawa.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Vernakularisasi; fasalatan; fikih salat; kitab.</p> Jamaluddin Jamaluddin Ansori Ansori Affaf Mujahidah Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-28 2023-12-28 4 02 47 67 10.22515/isnad.v4i02.7661 Pasang Surut Islam dalam Arus Sejarah Timor Leste: dari Mayoritas hingga Minoritas https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7917 <p>Timor Leste ialah negara paling muda di Asia Tenggara yang merdeka pada tanggal 20 Mei 2002 silam. Jika dibandingkan dengan negara keanggotaan ASEAN lainnya, Timor Leste yang baru bergabung pada tahun 2022 kemarin dapat dikatakan sebagai negara termiskin. Timor Leste seolah merangkak berkembang sedikit demi sedikit untuk mewujudkan negara yang ideal. Namun, terlepas dari ketertinggalan tersebut, Islam sempat mencapai puncak kejayaannya di Timor Leste bahkan sebelum Portugis datang. Pasang surut dinamika Islam terus berjalan beriringan dengan plot-plot historis yang terjadi di Timor Leste hingga era kontemporer saat ini. Secara umum terdapat tiga pembabakan perkembangan Islam di Timor Leste, yakni masa imperialisme bangsa Portugis, masa integrasi dengan Indonesia, dan pasca merdeka hingga saat ini. Untuk menjabarkan hal tersebut digunakan metode penelitian heuristik dan studi kepustakaan. Merujuk pada penelitian yang telah dilakukan ditemukan fakta bahwa terdapat tiga pula alur perkembangan Islam di Timor Leste berdasarkan pembabakan sejarah tersebut. Masa imperialisme Portugis agama Islam nyaris terkikis habis lewat upaya kristenisasi. Kemudian masa integrasi dengan Indonesia membawa angin segar bagi perkembangan Islam yang difasilitasi oleh pemerintah. Pasca kemerdekaan hingga saat ini Islam seperti terlahir kembali dengan perkembangan yang lebih terarah dan terstruktur meski mengalami degradasi populasi.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Islam; Minoritas; Mayoritas; Timor Leste</p> Novia Rahmadani Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-29 2023-12-29 4 02 68 80 10.22515/isnad.v4i02.7917 Upaya Abdul Karim Oey dalam Pembauran Orang Tionghoa di Indonesia, 1926-1988 https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7668 <p>Etnis Tionghoa adalah etnis yang telah lama menjadi bagian dari penduduk Nusantara. Orang Tionghoa menjalin interaksi dengan etnis lainnya sejak lama. Salah satu isu terkait etnis Tionghoa di Indonesia yang masih perlu diteliti adalah isu pembauran. Penelitian ini bermaksud untuk membahas upaya pembauran etnis Tionghoa yang dilakukan oleh Abdul Karim Oey pada 1926-1988. Abdul Karim Oey (Oey Tjeng Hien) adalah seorang Tionghoa peranakan yang muslim dan terlibat dalam upaya pembauran etnis Tionghoa di Indonesia sejak masa kolonial hingga Orde Baru. Metode sejarah digunakan dalam penelitian ini. Data diperoleh melalui studi kepustakaan dan wawancara. Penelitian ini menemukan bahwa Abdul Karim Oey berupaya membuka jalan pembauran bagi etnis Tionghoa di Indonesia melalui beberapa cara, yakni: Pertama, Abdul Karim Oey bergabung dengan organisasi Islam, Muhammadiyah. Kedua, dia terlibat dalam Penolong Korban Perang (PEKOPE) ketika terjadinya Perang Dunia II. Ketiga, dia mengambil peran dalam dunia politik dengan bergabung dalam partai Masyumi dan terlibat dalam pemerintahan. Keempat, dia berdakwah melalui organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Abdul Karim Oey; Etnis Tionghoa; Islam; Pembauran.</p> Sekar Nur Astuty Muhamad Shoheh Angga Pusaka Hidayat Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-29 2023-12-29 4 02 81 100 10.22515/isnad.v4i02.7668 Gerakan Sosial Sarekat Islam di Klaten Tahun 1912-1913 https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7363 <p>Klaten menjadi wilayah yang strategis untuk mengembangkan organisasi Sarekat Islam karena letaknya yang dekat dengan pusat organisasi di Solo. Sarekat Islam memiliki kecenderungan sebagai organisasi sosial modern dimana perkembangannya diawali di lingkungan masyarakat perkotaan. Meskipun demikian, Sarekat Islam dapat mengembangkan gerakannya di Klaten yang unsur mayarakatnya adalah masyarakat pedesaan. Menarik untuk melihat bagaimana dinamika Sarekat Islam di Klaten dengan diawali penelitian mengenai bagaimana situasi sosial masyarakat Klaten, kemudian dilanjutkan kajian tentang bagaimana dinamika gerakan sosial Sarekat Islam di Klaten dan faktor yang menyebabkan gerakan tersebut terjadi. Proses penelitian hingga penulisan sejarah yang dilakukan dalam kajian ini dilakukan secara urut mulai dari pengumpulan sumber, pengujian keabsahan sumber, penelaahan data di dalamnya hingga pada proses penulisannya. Proses ini dilaksanakan agar fakta sejarah dapat terungkap dan diperoleh kualitas yang maksimal pada tulisan sejarah. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa situasi sosial masyarakat Klaten terdiri dari mayoritas masyarakat pribumi serta sebagian golongan Cina dan Eropa. Berdasarkan kondisi sosial, geografis dan tradisi-tradisi keagamaan telah dilakukan membuat Klaten bercirikan sebagai masyarakat pedesaan agraris. Pertanian dan pegawai menjadi mata pencaharian utama masyarakat pribumi Klaten. Dinamika Sarekat Islam di Klaten mengalami perkembangan dari segi anggota gerakan sosial yang dilakukan. Faktor yang menyebabkan gerakan sosial tersebut adalah mengangkat kesejahteraan para buruh dan memperbaiki kondisi sosial tempat para buruh itu bekerja.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Gerakan Sosial; Klaten; Sarekat Islam.</p> Muhammad Cahyo Gumelar Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-29 2023-12-29 4 02 101 114 10.22515/isnad.v4i02.7363 Peranan Masyarakat Kartasura dalam Menjaga Keututuhan Bekas Keraton Kartasura Tahun 1998-2022 https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/6923 <p>Keraton Kartasura merupakan bekas keraton dan ibu kota Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1680-1745, setelah Keraton Plered. Bekas Keraton Kartasura sekarang terletak di wilayah asministratif Kabupaten Sukoharjo, di daerah yang kini disebut Kecamatan Kartasura. Di Kecamatan Kartasura ada 10 desa dan 2 kelurahan, dengan Desa Pucangan sebagai desa terbesar di kecamatan tersebut. Penelitian ini akan membahas peranan masyarakat Kecamatan Kartasura dalam menjaga keutuhan bekas Keraton Kartasura pada tahun 1998-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja peran-peran masyarakat Kecamatan Kartasura dalam menjaga keutuhan bekas Keraton Kartasura dalam kurun waktu tahun 1998-2022. Metode penelitian yang digunakan pada penilitian ini adalah dengan metode penelitian sejarah. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar lingkungan keraton dan sedikit mengutip beberapa artikel yang masih berkaitan dengan judul penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran masyarakat Kartasura dalam menjaga keutuhan bekas keraton bermacam-macam, mulai dari membersihkan masjid keraton, membersihkan rumput yang menempel di sekitar benteng, ikut melaksanakan shalat berjamaah di masjid bekas keraton, dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pihak keraton dan takmir masjid.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> Kartasura; Keraton; Keutuhan; Masyarakat; Peranan.</p> Dandy Efrida Putra Wanda Putri Ningtyas Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-29 2023-12-29 4 02 115 130 10.22515/isnad.v4i02.6923 Kearifan Lokal Tuna Satak Bathi Sanak dalam Transaksi Perdagangan Komunitas Muslim Pedagang Ngruki Sukoharjo https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/8155 <p>Dalam proses transaksi perdagangan konvensional yang melibatkan penjual dan pembeli dalam satu tempat, seringkali mendapati kearifan lokal didalamnya. Salah satu kearifan local dari perdagangan Jawa adalah konsep tuna satak bathi sanak. Konsep ini memiliki arti ‘berkorban sedikit namun untung mendapat banyak relasi’ yang mulai dilirik sebagai kearifan lokal dalam berdagang yang bisa menyelesaikan masalah-masalah perdagangan era kini. Penelitian ini mengkaji sejauh mana konsep perdagangan Jawa tuna satak bathi sanak pada muslim pedagang Ngruki yang juga menerapkan konsep berdagang secara Syar’i dapat berjalan selaras hingga menghasilkan kesuksesan atau sustainabilitas dalam perdagangan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan jika konsep berdagang tuna satak bathi sanak pada muslim pedagang Ngruki bukan sekedar politik dagang orang Jawa. Namun mereka berupaya melanggengkan hubungan dengan pelanggan (social bonding) juga mengikat secara emosional dengan pelanggan (emotional bonding) agar bisa melakukan pembelian berulang (repurchase). Kedermawan para pedagang itu mereka anggap sebagai sedekah, meski demikian mereka tetap memperoleh keuntungan secara ekonomi (financial bonding). Namun, menariknya konsep ini hanya berlaku pada mayoritas pedagang berskala kecil, pada pedagang skala menengah sebagian saja yang melakukan. Sedang pedagang skala besar hanya sebagian kecil saja yang melakukan konsep ini, karena mereka professional dalam jalankan usaha.</p> <p><strong>Kata Kunci : </strong>Tuna satak bathi sanak; muslim pedagang; politik dagang Jawa.</p> Muh. Fajar Shodiq Nur Husniyatul Adyani Dwi Ratna Sari Nafisah Nur Aini Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-30 2023-12-30 4 02 131 148 10.22515/isnad.v4i02.8155 KEHUTANAN DALAM LITERASI LISAN JAWA: Sebuah Tinjauan Sejarah Kehutanan Mangkunegaran https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/7497 <p>Konsep konservasi bukan hal baru dalam khasanah sejarah lingkungan di Indonesia, sebab telah ada seiring pembukaan hutan secara massif, baik yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Nusantara maupun yang kemudian dijadikan komoditas oleh pemerintah kolonial. Diatas semua itu, kerajaan-kerajaan tradisional juga telah menyusun peraturan tentang penjagaan hutan, baik yang tertulis maupun yang sengaja dibagun melalui mitos. Tulisan ini bertujuan untuk menggali kembali kisah dan mitos yang masih dipelihara oleh masyarakat yang khususnya tinggal di sekitar hutan, terutama yang berkaitan dengan penjagaan hutan. Metode yang digunakan adalah kolaborasi antara metode penelitian sejarah dan metode sejarah lisan. Metode ini dirasa paling tepat untuk menggali sumber dan data, sebab Sejarah lisan diakui mampu mengungkap banyak hal yang tidak tertuang dalam tulisan, namun tersimpan dalam tradisi tutur Masyarakat tradisional. Pemilihan praja Mangkunegaran sebagai objek penulisan, didasari oleh pertimbangan bahwa praja tersebutlah yang masih menyimpan data-data terkait pemerintahan dengan sangat baik, dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan lain di Jawa maupun di luar Jawa.</p> <p><strong>Kata Kunci : </strong>Konservasi; Hutan Mangkunegaran; Mitos; Sejarah Lisan.</p> Nina Witasari Nanda Julian Utama Julian Diah Ayu Oktaviani Copyright (c) 2023 http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-12-30 2023-12-30 4 02 149 162 10.22515/isnad.v4i02.7497