Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad
<p>Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities is a scientific journal published by the Department of History of Islamic Civilization (SPI) at the Raden Mas Said State Islamic University of Surakarta (UIN Surakarta) This journal is dedicated to exploring and socializing various creative and innovative new ideas from academics, lecturers, student, and observers. First, is the history of Islamic civilization which includes ideas, social systems, object relics, philosophy, theory and methodology, historiography, and others. Second, humanities studies include linguistics, literature, education, philosophy, archeology, arts, and social sciences which have humanity content. Al-Isnad is Published twice a year (June and December) and welcomes contributions in the form of original communications (Research papers), reviews, discussion papers, and also special themed issues on relevant topics.</p> <p>In connection with the results of Accreditation of Scientific Journals Period I of 2023 and the issuance of the Decree of the Director General of Higher Education, Research, and Technology Number 79 / E / KPT / 2023, dated May 11, 2023, concerning Accreditation Rankings of Scientific Journals period I of 2023, we as a result of this respectfully convey the results of accreditation as attached: Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities, new Accreditation Rank 4 from Volume 1 Number 1 of 2020 to Volume 5 Number 2 of 2024.</p>UIN Raden Mas Said Surakartaen-USAl-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities2798-186XNatuurschoon van Bantam: Pariwisata Kolonial dan Pembentukan Citra Alam Banten, 1920-1942
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/10283
<p>Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara kegiatan pariwisata pada masa akhir kolonial dengan pembentukan persepsi dan identitas ekologis Banten. Kolonialisme, melalui kanonisasi pengetahuan, pengembangan infrastruktur, dan propaganda wisata, telah mengonstruksi citra ideal alam Banten sebagai wilayah yang indah dan eksotis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan menganalisis berbagai sumber primer, seperti laporan perjalanan, panduan perjalanan, artikel media massa, dan sumber visual. Analisis ini bertujuan untuk memahami bagaimana citra alam Banten dibangun oleh struktur kolonial. Citra ini tidak hanya difungsikan sebagai daya tarik wisata bagi kalangan Eropa, tetapi juga sebagai instrumen kontrol kolonial atas masyarakat lokal. Representasi alam Banten yang dipromosikan pada masa kolonial menciptakan narasi ekologis tertentu yang mengukuhkan hegemoni kolonial. Dalam konteks ini, pariwisata menjadi salah satu alat untuk mempertahankan kekuasaan melalui produksi pengetahuan, pengaturan ruang, dan penguasaan sumber daya lokal. Kajian ini menunjukkan bahwa pembentukan citra alam oleh kolonialisme tidak hanya memengaruhi persepsi wisatawan, tetapi juga membentuk identitas ekologis wilayah Banten yang masih memiliki dampak hingga masa kini.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> Sejarah pariwisata; Banten; kolonialisme; citra alam; wisatawan.</p>Angga Pusaka HidayatSaeful Arif
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-182024-12-1850211710.22515/isnad.v5i02.10283Bangunan Harmonisasi Dakwah Sufi Indonesia: Studi Atas Syi’ir Doa Jawa KH Dalhar
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/10242
<p><strong>Abstrak: </strong>Model dakwah para ulama sufi Indonesia mampu memadukan secara harmoni antara lokalitas budaya, nilai keislaman dan kondisi sosial masyarakat, sehingga mudah diterima secara luasArtikel ini membahas harmonisasi dakwah KH Dalhar melalui media Syi’ir Doa Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika untuk memahami setiap “tanda-tanda” yang terbangun didalamnya. Hasil penelitian menunjukan ada tiga aspek bangunanan harmonisasi dakwah KH Dalhar di dalam Syi’ir Doa Jawa tersebut. Pertama, aspek lokalitas dengan mempertimbangkan tata nilai kebahasaan yang mudah dipahami oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari masyarakat setempat. Kedua, aspek ruhaniyah yang disisipkan dengan cara yang luwes dan mudah diucapkan di dalam tiap bait syi’irnya. KH Dalhar selalu menyisipkan nilai illahiyyah melalui lafadz “Allahumma” di setiap awal syi’ir doanya. Ketiga, aspek jasmaniyah dengan menghadirkan sisi nilai ekonomi sebagaimana tersirat di dalam syi’irnya. Kata-kata seperti “biso nyandang” (bisa berpakaian), “biso ngeliwet” (bisa makan) dan “sugih” (kaya) menunjukan adanya dorongan membangun etos kerja bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketiga aspek tersebut mencerminkan harmonisasi dakwah ulama Sufi Indonesia yang adaptif, kreatif, dan seimbang, sehingga mendatangkan kemaslahatan dan sesuai dengan perkembangan zaman.</p> <p><em> </em><strong>Kata Kunci: </strong>Syi’ir Doa Jawa; Harmonisasi Dakwah; KH Dalhar.</p>Nor Kholis
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-202024-12-20502183410.22515/isnad.v5i02.10242Analisis Hikayat Sebagai Sumber Historiografi Islam di Indonesia
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/9693
<p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Penelitian ini bertujuan mengkaji tentang perkembangan hikayat dalam historiografi Islam di Indonesia dan bagaimana kedudukan hikayat sebagai sumber sejarah serta bagaimana bentuk fakta dan mitos di dalam hikayat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan tahapan heuristik, verifikasi sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan Hikayat mengandung ciri-ciri yang dapat dikenal seperti istana sentris yang menceritakan kisah heroik raja atau sultan, sehingga hikayat dijadikan sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan dan kedudukan raja atau sultan. Dalam konteks historiografi, hikayat sering kali berfungsi sebagai sumber sejarah yang mencatat berbagai peristiwa penting, legenda dan tokoh-tokoh bersejarah dengan gaya penceritaan yang khas. Hikayat memiliki kedudukan yang penting meskipun biasanya sulit dianggap sebagai sumber sejarah primer. Kemudian, baik fakta maupun mitos dalam hikayat sama-sama memiliki nilai-nilai budaya dan dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pada masa itu. Untuk mendapatkan keilmiahan dari pada sumber Historiografi Tradisional seperti Hikayat, harus diimbangi dengan menggunakan sumber sumber lain seperti catatan Tiongkok, Portugis, Barat, dan bukti arkeologis yang saling keterkaitan.</span></span></p> <p><strong>Kata kunci: </strong><em>Hikayat, Historiografi, Islam, Indonesia</em></p>Ahmad Anas FajarulLinda PratiwiAhmad Tatag Haqqul YaqqinIftilah HumayrohAldi Saputra
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-182024-12-18502355110.22515/isnad.v5i02.9693History of Muammar Qaddafi’s Political Pragmatism: His Thought of Arab Unity and Israel – Palestine Matter
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/9654
<p><em>Qaddafi's political policies in the Middle East were closely tied to the Israeli-Palestinian conflict. This article aims to explore Qaddafi's political ideology regarding Arab unity, support for Palestine, and condemnation of Israel and Zionism. The research conducted for this article is qualitative, using an analytical and descriptive approach to character study. The political history approach is used to understand Qaddafi's political thought. The research results indicate that Qaddafi employed the Israeli card to strengthen his position as a revolutionary leader in the Arab world and as a defender of the Palestinian people. He also used it to compete with the leaders of Syria and Egypt, whom he considered political rivals. Despite having close trade ties with Israel, he stated that this did not affect his political vision. From Qaddafi's perspective, recognizing the legitimacy of the Jewish state would betray one of the fundamental principles of the revolution he had championed.</em></p>Fikri Surya Pratama
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-182024-12-18502527010.22515/isnad.v5i02.9654Kiai Ageng H. Abdurrahman Tegalrejo: Islamisasi dan Penyebaran Tarekat Syattariyah Di Tegalrejo, Magetan Pra-Pasca Perang Jawa (1820-1875 M)
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/9547
<p>Kajian ini membahas peran Kiai Ageng H. Abdurrahman dalam proses islamisasi dan penyebaran Tarekat Syattariyah di Magetan pada periode 1820-1875 M. Penelitian ini berfokus pada dua rumusan masalah utama: pertama, bagaimana proses islamisasi yang dilakukan oleh Kiai Ageng H. Abdurrahman, dan kedua, bagaimana penyebaran Tarekat Syattariyah di Magetan melalui peran beliau. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan utama: heuristik untuk pengumpulan data, verifikasi untuk menilai keabsahan sumber, interpretasi untuk menganalisis makna data, dan historiografi untuk menyusun hasil penelitian secara naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kiai Ageng H. Abdurrahman memainkan peran penting dalam islamisasi melalui berbagai langkah strategis. Beliau mendirikan desa sebagai basis sosial, membangun masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan, serta mendirikan pesantren yang berfungsi sebagai institusi pembelajaran ajaran Islam. Sebagai seorang mursyid Tarekat Syattariyah, beliau membimbing sejumlah murid yang kemudian menjadi guru washitah. Para murid ini berkontribusi dalam menyebarkan ajaran tarekat di Magetan dan wilayah sekitarnya. Penelitian ini mengungkap bahwa melalui kombinasi ajaran tasawuf dan aktivitas berbasis komunitas, Kiai Ageng H. Abdurrahman berhasil membentuk identitas keislaman yang kuat di Magetan, menjadikan tarekat sebagai elemen penting dalam kehidupan keagamaan masyarakat setempat.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: Islamisasi; Kiai Ageng H. Abdurrahman; Tarekat Syattariyah.</p>Susan Diqrul IllahiyahNurul Baiti Rohmah
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-182024-12-18502719110.22515/isnad.v5i02.9547Dari Poerwosari Weg Menjadi Jalan Slamet Riyadi
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/10052
<p>Artikel ini membahas perubahan lingkungan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, yang sebelumnya dikenal sebagai Poerwosari Weg atau Jalan Purwosari, pada periode 1893-1966. Perubahan signifikan di sepanjang jalan ini mencakup transformasi bentuk dan fungsi lahan serta bangunan, yang mencerminkan perkembangan sosial, budaya, dan politik pada masa kolonial hingga pascakemerdekaan. Selain itu, sejumlah peristiwa bersejarah menjadikan Jalan Slamet Riyadi memiliki peran penting sebagai pusat aktivitas masyarakat Solo. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan utama: heuristik untuk pengumpulan data, kritik sumber untuk mengevaluasi keabsahan data, interpretasi untuk menganalisis makna, dan historiografi untuk menyusun hasil penelitian secara naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jalan Slamet Riyadi tidak hanya berfungsi sebagai jalan utama di Kota Solo, tetapi juga menjadi simbol integrasi tiga kekuatan pemerintahan: Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran sebagai pemerintahan pribumi, serta Residen Surakarta sebagai representasi pemerintah kolonial. Jalan ini juga memainkan peran penting sebagai jendela modernitas bagi Kota Solo, menggambarkan dinamika transformasi yang terjadi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk arsitektur, infrastruktur, dan budaya. Dengan demikian, Jalan Slamet Riyadi menjadi representasi penting dalam sejarah perkembangan Kota Solo, tidak hanya sebagai ruang fisik tetapi juga sebagai simbol identitas dan dinamika kehidupan masyarakat. Jalan ini mencerminkan perjalanan panjang perubahan yang menyatukan elemen tradisional dan modern dalam satu ruang yang terus berkembang.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>jalan; perubahan; lingkungan; Solo.</p>Nur Aeni Nur AeniNina Witasari
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-182024-12-185029210810.22515/isnad.v5i02.10052MAKNA DAN SIMBOL TUGU PENA SEBAGAI ICON KOTA METRO
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/10129
<p>Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan Tugu Pena sebagai ikon penting Kota Metro, yang makna dan simbolismenya belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan makna serta simbolisme Tugu Pena sebagai identitas Kota Metro, sekaligus menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan masyarakat sekitar, observasi langsung di kawasan Tugu Pena, serta dokumentasi dari berbagai sumber sekunder yang relevan. Analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang diverifikasi menggunakan triangulasi untuk meningkatkan validitas hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tugu Pena memiliki lima makna utama: (1) sebagai simbol identitas Kota Metro yang mencerminkan ciri khas masyarakatnya, (2) representasi semangat belajar yang menginspirasi masyarakat untuk terus menuntut ilmu, (3) simbol kebebasan berpendapat yang mencerminkan hak warga dalam menyampaikan aspirasi, (4) dorongan untuk mengembangkan budaya literasi, seperti membaca dan menulis, yang sejalan dengan visi Kota Metro sebagai kota pendidikan, serta (5) fungsi praktis sebagai penunjang manajemen lalu lintas di pusat kota. Kesimpulannya, Tugu Pena bukan hanya berfungsi sebagai landmark Kota Metro, tetapi juga sebagai simbol identitas, semangat, dan inspirasi, yang menggambarkan nilai-nilai pendidikan, kebebasan, dan literasi yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat. Hal ini menjadikan Tugu Pena sebagai representasi budaya dan simbol perkembangan sosial Kota Metro.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Icon Metro; Simbolisme; Tugu Pena.</p>Ladya AzzahraKarsiwan
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-182024-12-1850210912110.22515/isnad.v5i02.10129AKULTURASI BUDAYA PADA MASJID DJAMI’ PEKOJAN DALAM PENGEMBANGAN TOLERANSI DI SEMARANG 1892-1913 M
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/9917
<p>Masjid Djami’ Pekojan merupakan bangunan bersejarah dan terdapat akulturasi budaya di dalamnya yang terletak di Kampung Pekojan Semarang. Akulturasi terlihat setelah masjid mengalami pemugaran pada tahun 1892, disebabkan oleh interaksi beberapa etnis di Semarang dengan berlandaskan sikap toleransi. Wujud akulturasi di Masjid Djami’ Pekojan tidak mengubah budaya asli sebelumnya, hal ini menjadi salah satu topik yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah dari Masjid Djami’ Pekojan yang mengalami akulturasi dan dampak dari akulturasi tersebut terhadap perkembangan toleransi di Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan dipandu dengan metode penelitian sejarah. Hasil dari penelitian ini yaitu, Masjid Djami’ Pekojan tidak diketahui secara pasti kapan berdirinya, tetapi pada tahun 1892 masjid mengalami pemugaran dan terdapat akulturasi budaya. Dampak akulturasi yaitu, bangunan masjid terdapat ornamen dan mimbar yang terpengaruh budaya Cina serta adanya tradisi keagamaan pembagian takjil Bubur India selama bulan Ramadhan. Dampak selanjutnya yaitu toleransi di Kampung Pekojan secara khusus dan Semarang secara umum mengalami perkembangan. Hal ini menunjukan masjid menjadi pusat interaksi antar etnis, memperkuat persaudaraan, dan solusi bagi permasalahan masyarakat.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Akulturasi budaya; Masjid Djami’ Pekojan; Toleransi.</p>Ravita Laelatul Kurniawati
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-192024-12-1950212213910.22515/isnad.v5i02.9917HUBUNGAN ISLAM DAN YAHUDI: MEMETAKAN MIGRASI BANGSA YAHUDI DAN POSISI BAITUL MAQDIS DALAM PANDANGAN TIGA AGAMA BESAR
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/9554
<p>Hubungan antara Islam dan Yahudi telah menjadi salah satu aspek paling kompleks dan dinamis dalam sejarah peradaban manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis hubungan antara kedua agama ini, mulai dari masa Nabi Ibrahim a.s. hingga era kontemporer saat ini. Melalui pendekatan studi kepustakaan studi ini menyelidiki garis keturunan bangsa Yahudi, memetakan perjalanan bangsa Yahudi atau bani Israel, dan mengkaji posisi baitul maqdis dalam pandangan tiga agam abesar yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa hubungan Islam-Yahudi telah mengalami fluktuasi signifikan sepanjang sejarah, ditandai oleh periode-periode koeksistensi damai, pertukaran intelektual yang produktif, serta konflik dan ketegangan. Pada masa-masa awal Islam, terdapat interaksi yang relatif harmonis, dengan komunitas Yahudi menikmati status dhimmi di bawah pemerintahan Islam. Di temukan juga bahwa asal mula bangsa Yahudi dimulai dari garis keturunan Nabi Ibrahim a.s. tepatnya dari keturunan Nabi Ya’qub a.s. Selanjutnya dalam perjalanannya, bangsa Yahudi telah mengalami banyak kemalangan dan pengusiran dari beberapa wilayah, hingga akhirnya bangsa Yahudi tedistorsi ke seluruh wilayah di dunia dan akhirnya membangun Israel yang sedang berkonflik dengan palestina. Menurut pandangan tiga agama besar, baitul maqdis mempunyai keterkaitan historis dan spiritual (termasuk politik) dengan agama masing-masing, sehingga timbullah upaya untuk memperebutkan baitul maqdis sampai saat ini</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Baitul Maqdis; Bangsa Yahudi; Garis Keturunan; Posisi.</p>Mubasysyyratul Ummah SapsuhaHasaruddin
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2024-12-192024-12-1950214015410.22515/isnad.v5i02.9554SAFARI MAULID EMPAT PULUH HARI MAJELIS AL-KHOIROT: Sejarah, Dinamika dan Maknanya
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/al-isnad/article/view/10951
<p><em>Ekspresi perayaan kelahiran Nabi Muhammad mempunyai bentuk yang beragam salah satunya melalui kegiatan safari maulid. </em><em>Penelitian ini bertujuan untuk membahas fenomena safari maulid</em> <em>empat puluh dari sisi kajian historis dan makna. Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan studi dokumentasi, observasi dan wawancara. Untuk memperdalam makna safari maulid empat puluh menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa, pertama, tradisi safari maulid empat puluh hari berasal dari kalangan alawiyyin untuk menyemarakkan bulan kelahiran Nabi Muhammad. Kedua, pelaksanaan safari maulid empat puluh hari mempunyai makna proses penggemblengan spiritual sebagaimana empat puluh hari merupakan jumlah bilangan tirakat pada umumnya. Ketiga, praktik perayaan kelahiran nabi di bulan maulid berdasarkan jumlah hari mempunyai model yang beragama yaitu satu hari, dua belas hari, dan tiga puluh hari di bulan kelahiran nabi. </em><em>Keempat, berdasarkan simbol-simbol dalam pelaksanaan maulid, pohon uang yang dibagikan kepada para jamaah mempunyai makna bersedekah agar nikmat yang diberikah semakin bertambah dengan keberkahan bulan kelahiran nabi, sedangkan atribut gantungan makanan atau peralatan rumah tangga yang ambil para jamaah saat maḥallu al-qiyām atau setelah doa akhir maulid mempunyai makna bahwa barang-barang atau makanan yang berada dalam kegiatan maulid akan mempunyai banyak memberkahi. Berdasarkan fenomenologis, walaupun tidak semuanya memahami makna empat puluh hari, namun praktik pengamalan safari maulid nabi empat puluh hari dapat menumbuhkan kebiasaan (habituasi) baik dalam mencintai dan meneladani nabi.</em></p> <p><em><strong>Kata Kunci: </strong>Historis; Makna; Safari Maulid; Empat Puluh; Al-Khoirot</em></p>Moh Ashif FuadiMoh MahbubQisthi Faradina el-Mahanani
Copyright (c) 2024
http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2025-01-102025-01-1050215517110.22515/isnad.v5i02.10951