Intoleransi Beragama di Media Sosial: Analisis Narasi Hoaks dan Interaksi Netizen
Keywords:
Toleransi Beragama, Media Sosial, Pasca Pandemi.Abstract
Hoaks adalah ancaman bagi toleransi beragama, khususnya hoaks yang berkaitan dengan isu agama. Hoaks terkait agama sangat berbahaya karena sifatnya yang lebih sensitif. Hoaks ini biasanya mengunggulkan agama sendiri dan menyerang paham atau agama yang berseberangan. Selain itu, hoaks terkait agama juga biasa menyajikan petunjuk yang keliru, kesalahan dalam menginterpretasikan ayat Al-Qur’an, menghadirkan ketakutan dan membangkitkan emosional, serta mengatasnamakan otoritas agama. Di Indonesia, hoaks terkait agama (dalam hal ini SARA) menduduki posisi ke-dua sebagai hoaks paling banyak tersebar setelah politik di tingkat pertama. Di sisi lain, netizen Indonesia juga dikenal sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara karena tingginya risiko terpapar hoaks, ujaran kebencian, dan diskriminasi (Microsoft, 2020). Oleh karena itu, untuk meneguhkan toleransi beragama di masa pasca-pandemi, maka perhatian dan usaha ekstra perlu dilakukan dalam menangkal hoaks terkait agama. Artikel ini bertujuan menganalisis keterkaitan hoaks terkait agama dan intoleransi beragama. Rumusan masalah artikel ini adalah; pertama, bagaimana perbedaan agama dinarasikan dalam hoaks? Kedua, bagaimana interaksi netizen menyikapi hoaks tersebut? Artikel ini menggunakan metode Analisis Media Siber, yakni menganalisis pada level ruang media, level dokumen media, level objek media, dan level pengalaman. Adapun objek penelitian artikel ini adalah hoaks terkait Covid-19 dan Islam di masa awal pandemi Covid-19 (Januari-Maret 2020. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas keterkaitan hoaks agama dengan intoleransi beragama di media sosial.