@article{Kartika Dewi_2022, title={Toleransi dalam Tradisi Ruwahan di Puro Mangkunegaran}, volume={1}, url={https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/iccl/article/view/5809}, abstractNote={<p>Ruwahan merupakan salah satu tradisi yang masih dijaga dan dilestarikan oleh Puro Mangkunegaran. Dalam pelaksanaannya diikuti oleh kerabat, abdi dalem dan masyarakat. Beberapa memiliki keyakinan yang berbeda, tetapi melakukan tradisi Ruwahan di tempat yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengupas tradisi Ruwahan di Puro Mangkunegaran dan nilai yang terkandung di dalamnya, untuk mengetahui toleransi beragama dalam pelaksanaan Ruwahan di Puro Mangkunegaran serta dampak toleransi beragama dalam pelaksanaan Ruwahan di Puro Mangkunegaran. Metode yang dilakukan adalah literature review, observasi serta wawancara langsung dengan kerabat, abdi dalem dan masyarakat di sekitar Puro Mangkunegaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ruwahan merupakan ritual yang memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan ritual selametan. Dalam hal ini kegiatan ruwahan juga identik dengan kegiatan ziarah kubur yaitu mendoakan dan mengenang para leluhur. Puro Mangkunegaran biasanya melakukan Ruwahan pada malam hari setelah tanggal 1 bulan Ruwah, diawali dengan wilujengan dilanjutkan dengan ziarah kubur. Tradisi ziarah kubur mengajarkan kita untuk menghargai jasa-jasa dan menghormati para leluhur yang telah tiada dengan mendoakan agar memperoleh ketenangan dialamnya. Selanjutnya dalam tradisi ziarah kubur mengajarkan kita untuk mensyukuri nikmat yang telah kita peroleh dan mengajarkan kita untuk berbagi antar sesama. Dalam pelaksanaan tradisi Ruwahan di Puro Mangkunegaran dapat dilihat tidak ada perbedaan atau perlakuan khusus. Semua kerabat, abdi dalem, serta masyarakat yang hadir menjalankan tradisi sesuai dengan urutan-urutan prosesi Ruwahan. Meskipun terdapat perbedaan agama, hal tersebut tidak mengurangi makna dan kekhusukan dalam melakukan tradisi Ruwahan. Hal tersebut terjadi karena kerabat, abdi dalem maupun masyarakat saling menjaga toleransi beragama dan karena kebersamaan itulah maka pelaksanaan tradisi Ruwahan berjalan dengan lancar. Dampak toleransi beragama tersebut mampu membentuk karakter manusia yang lebih baik. Karakter yang baik itu dapat ditunjukkan dengan tindakan-tindakan yang bernilai moral terhadap Tuhan, bernilai moral terhadap sesama manusia berupa sikap toleransi.</p> <p> </p>}, number={1}, journal={International Conference on Cultures & Languages (ICCL)}, author={Kartika Dewi, Irma Ayu}, year={2022}, month={Nov.}, pages={816–831} }