PERGESERAN MAKNA SOSIAL TRADISI TEDHAK SITEN: DARI SACRAL KE PROFAN
DOI:
https://doi.org/10.22515/elha.v13i1.10099Keywords:
Pergeseran Makna Sosial, Thedak Siten, Sacral, dan ProfanAbstract
Tradisi yang merupakan bagian dari kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat benilai. Oleh sebab itu, upaya penjagaan, pemeliharaan dan pelestarian budaya merupakan kewajiban tiap individu dari daerah atau bangsa tersebut. Perubahan dan pergeseran dalam pelaksanaan upacara adat diperlukan adanya perhatian dari berbagai praktisi budaya maupun ilmuwan sosial. Sebab, menjaga, memelihara dan melestarikan kebudayaan atau adat istiadat merupakan kewajiban setiap individu. Selain itu, tradisi adalah identitas sebuah daerah atau suku bangsa. Atas dasar itu, penelitian atas perubahan, pergeseran dan makna upacara tedhak siten ini kami lakukan. Tujuan dasar dari penelitian ini adalah agar masyarakat mengetahui adanya perubahan, pergeseran, dan juga memahami makna dibalik simbol-simbol dalam tradisi Tedhak Siten tersebut. Selain itu, juga agar masyarakat, terutama generasi sekarang, mengetahui bahwa bangsa kita memiliki tradisi yang unik, menarik, dan penuh makna serta fungsi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan fakta secara sistematis dan objektif melalui sifat, ciri serta unsur- unsur yang terkait dengannya. Penelitian yang dilakukan di desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan studi literature. Sedangkan teknik untuk menguji keabsahan dan validitas data dengan menggunakan teknik trianggulasi, adapun peneliti menggunakan empat macam trianggulasi yakni, trianggulasi sumber data, trianggulasi peneliti, trianggulasi, trianggulasi metodologis, dan trianggulasi teoritis.
Secara teoritis, upacara tedhak siten masih sering dilakukan oleh masyarakat, khusunya di Kelurahan Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Namun, masyarakat yang masih melaksanakan tersebut bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: kelompok yang memegang pakem, dan kelompok yang mengurangi atau menambahi pakem. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yaitu: faktor ekonomi, perubahan cara pandang yang dikarenakan oleh tingginya pendidikan dan modernitas, dan faktor kegagalan transformasi nilai. Sehingga mengalami pergeseran, baik berkenaan dengan bentuk dzatiyah- nya maupun makna sosialnya. Pergeseran makna sosialnya adalah pergeseran dari yang awalnya sacral menjadi profan. Bentuk profan-nya bisa sebagai: upaya menunjukkan tingkat status sosial; menjaga gengsi keluarga; dan bahkan hanya biar dianggap ‘wah’ oleh kolega atau masyarakatnya.
Downloads
References
Anggraini, Reti Widia dkk, Tedhak Siten dalam tradisi masyarakat Jawa Desa Utama Jaya. (Jurnal FKIP Unila.2000)
Anto, Bakker dan Charis Zubair, Ahmad, Metode Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Bappeda dan BPS Kabupatan Semarang, Data Strategis Kecamatan Bawen 2014, Semarang: Bappeda dan BPS Kab. Semarang, 2014.
BPS Kabupaten Semarang, Kecamatan Bawen dalam Angka 2020, Semarang: BPS Kabupaten Semarang, 2020.
BPSI, “Jumlah Penduduk Kecamatan Bawen Menurut Agama, 2018-2020”, dalam https://semarangkab.bps.go.id/indicator/12/263/1/-sidukcapil-jumlah-
penduduk-kecamatan-bawen-menurut-agama.html, diakses 16 September
Griffin, Afirst Look at Communication Theory, New York: McGraw-Hill Companies, 2012.
Gunasasmita, R., Kitab Primbon Jawa Serba Guna Tetap Relevan Sepanjang Masa, Yogyakarta: Narasi, 2009.
IB, Wirawan, Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial, Jakarta : Prenada Media, 2012.
Kaelan, M.S., Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat, Yogyakarta: Paradigma, 2005.
Mulyana, Deddy, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Simanjuntak, Bungaran Antonius, Tradis, Agama dan Akseptasi Modernisasi Pada Masyarakat Pedesaan Jawa , Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2016.
Tim Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Indonesia, Upacara Tradisonal Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991.
Umiarso dan Elbandiansyah, Interaksionisme Simbolik, Jakarta: Rajawali, 2014. https://bawen.semarangkab.go.id/geografis/, diakses 19 September 2021.
“Data Referensi Kementrian Pendidikan & Kebudayaan”, dalam https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=032211&level=
, diakses 15 September 2021.