Memahami Konsep Perceraian dalam Hukum Keluarga

Authors

  • Ali Imron UIN Walisongo, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.22515/bg.v1i1.66

Abstract

Abstract

Marriage is a reunification of human characters.  Husband and wife have the same vision and mission in the marriage, one another as the bonding and unifying factors in establishing a household; there is no subordination of one another.  The husband’s domination over the wife in term of divorce or ‘thalaq’ is very strong and the wife becomes the weak side.  An existence of balance authority between husband and wife in divorce pledge authority is proper to be considered. While the divorce dispute completion is through the court process. It is necessary to reconstruct the ‘thalaq’ conceptual.  First, the divorce must be based on the crisis condition and be the last solution to get out from the household problematic.  Second, the divorce process must be discussed deliberately (syura) which is full of kinship, fairness, and put the common sense forward.  Third, that the waiting period ‘iddah’ prescribed in Islam is more oriented to the divinity and humanity values.  Fourth, prohibition not to go out from the house for mu’taddah is basically not the syari’at objective, but more focused on social moral ethic.

Keywords: divorce, marriage, legal consequences

 

Abstrak

Perkawinan merupakan reunifikasi sifat kemanusiaan. Suami isteri mempunyai satu visi misi yang sama dalam perkawinan, satu dengan yang lain sebagai unsur perekat dan penyatu dalam membangun rumah tangga, satu dengan lainnya tidak ada subordinasi.Dominasi suami terhadap isteri dalam hal thalak sangat kuat dan isteri menjadi pihak yang lemah. Patut dipertimbangkan adanya kewenangan yang berimbang antara suami isteri dalam hal kewenangan ikrar cerai. Adapun penyelesaian sengketa perceraian tetap melalui proses di pengadilan. Perlu dilakukan upaya untuk merekonstruksi konseptual thalak. Pertama,  perceraian harus dilatarbelakangi oleh kondisi darurat dan merupakan solusi terakhir untuk keluar dari problematika rumah tangga Kedua, proses perceraian harus melalui pembicaraan yang mengedepankan musyawarah (syura) dengan penuh kekeluargaan, adil, dan lebih mengedepankan akal sehat. Ketiga, bahwa `iddah disyariatkan dalam Islam lebih berorientasi pada nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan. Keempat, tidak bolehnya mu`taddah keluar rumah pada dasarnya bukanlah tujuan syari`at,  tetapi lebih menyentuh pada etika moral sosial.

Kata kunci: perceraian, perkawinan, akibat hukum

References

Ahmed, Leila. 2000. Wanita dan Gender Dalam Islam. Jakarta: Penerbit Lentera

Al Qurtubi. t.th. Tafsir al Qurthubi. Jilid III. Mesir: al Halabi.

Amin, Qasim. t.th. Tahrir al Mar`ah. Beirut: Maktabah al Ulum al Islamiyah, cet. III.

Al Anshari, Abi Yahya Zakaria. t.th. Fathul Wahab. Juz II. Beirut: Dar al Fikr.

Al Badjuri, Syaikh Ibrahim. t.th. Hasyiyah al Bajuri `Ala Ibn Qasim al Ghuzi. Bandung: Syirkah al Ma`arif, Jilid II.

Al Dimyathi, Muhammad Syatha. t.th. Hasyiyah `Ianah al Thalibin. Jilid IV, Semarang: Toha Putra.

Esposito, John L. 1982. Women in Muslim Family Law. New York: Syracuse University Press.

Hasyim, Syafiq. 2001. Hal-Hal Yang Terpikirkan Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam. Bandung: Mizan.

Imron, Ali. 2007. Kedudukan Wanita Dalam Hukum Keluarga. Semarang: Badan Penebit UNDIP.

Al Jaziri, Abdurrahman. 2005. Al Fiqh ala Al Madzahib al Arba`ah. Mesir: Dar al Ghad,

Manan, Abdul. 2006. Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Murata, Sachiko. 1999. The Tao of Islam. Bandung: Mizan.

Sabiq, Sayyid. t.th. Fiqh al Sunnah. Bandung: Dar al Ma`arif, Jilid VIII.

Setiardja, A.Gunawan. 1990. Dialektika Hukum dan Moral Dalam embangunann Mmasyarakat Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Syahrur, Mohammad. 1994. Al Kitab wa Al Qur`an: Qira`ah al Mu`ashirah. Beirut: Dar al Fikr.

Taqiyudin, Imam. t.th. Kifayatul Akhyar. Juz II, Semarang: Toha Putra.

Wignjosoebroto, Soetandyo. 2002. Hukum Paradigma Metode dan Dinamika Masyarakat. Jakarta: ELSAM.

Zakariyah, Lukman. 2013. Textuality as a Linguistic Mechanism for Codifiying Legal Maxims in Islamic Criminal Law. American Journal of Islamic Social Sciences, AMSS-IIIT USA, 30, 1.

Al Zuhayly,Wahbah. 1989. Al Fiqh Al Islami Wa `Adillatuh. Juz VII, Damaskus: Dar Al Fikr.

Downloads

Published

2016-06-28

Issue

Section

Articles

Citation Check