FATWA MUI TENTANG ATRIBUT KEAGAMAAN DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI DAKWAH

Main Article Content

Muhd. Maryadi Adha

Keywords

communication of da'wah, MUI, fatwa of religious attribute

Abstract

Fatwa of MUI Number 56 in 2016 concerning about “Religious Attributes of Non-Muslims†issued as guideline for Indonesian Muslims addressing the phenomenon of using non-muslim religious attributes, while promoting good relations between Muslims and other religious people. The purpose of this study is to analyze how the MUI fatwa efforts to maintain the harmony between religious communities and the harmonious life in society, nation, and state. Using qualitative research methods in communication of da'wah perspective, this study focuses direct attention into 3 (three) things that’re: 1) analysing about some keywords contained in the fatwa; 2) understanding the quality of fatwa messages; and 3) analysing the implications of fatwa in Indonesian religious life. Generally, in communication of da'wah perspective, the fatwa still raises multi-interpretations, particularly among the communicants, especially on keywords in the fatwa which have an impact on the tension of religious relations in Indonesia, though not too significant.

References

Arifin, B. (2015). Fatwa Dan Demokrasi : Studi Terhadap Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). At-Tahdzib: Jurnal Studi Islam Dan Muamalah, 3(1), 11–34. Retrieved from http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tahdzib/article/view/818
Daulay, M. Z. (2001). Mereduksi Konflik Antarumat Beragama di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI.
Fachruddin, A. A. (2016). Fatwa MUI, Atribut Natal, dan Soal Kerukunan. In My Hat’s Off to the pauses that refreshes. Yogyakarta: CRCS.
Fathoni, N. (2015). Analisis Normatif-Filosofis Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama’ Indonesia (DSN-MUI) Tentang Transaksi Jual Beli pada Bank Syari’ah. Al-Ahkam, 25(2), 139. https://doi.org/10.21580/ahkam.2015.25.2.596
Fauzi, I. A. (2009). Pola-pola Konflik Keagamaan di Indonesia (1990-2008). In Laporan Penelitian. Jakarta: The Asia Foundation, MPRK-UGM, YWP.
Hamidah, H. (2016). Strategi Membangun Kerukunan Umat Beragama. Wardah : Jurnal Dakwah Dan Kemasyarakatan, 17(2), 123–136. Retrieved from http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article/view/963
Hamzah, M. M. (2017). Peran dan Pengaruh Fatwa MUI dalam Arus Transformasi Sosial Budaya di Indonesia. Millah: Jurnal Studi Agama, 1(1), 127–154. https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS1.ART7
Hapsin, A. (2014). Urgensi Regulasi Penyelesaian Konflik Umat Beragama: Perspektif Tokoh Lintas Agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 22(2), 351–380. https://doi.org/10.21580/WS.22.2.270
Haq, H. (2002). Jaringan Kerjasama Antarumat Beragama: Dari wacana ke aksi nyata. Jakarta: Titahandalusia Press.
Haryanto, J. T. (2013). Kontribusi Ungkapan Tradisional dalam Membangun Kerukunan Beragama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 21(2), 365–392. https://doi.org/10.21580/WS.21.2.250
Hasyim, S. (2015). Fatwa Aliran Sesat dan Politik Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI). Al-Ahkam, 25(2), 241. https://doi.org/10.21580/ahkam.2015.25.2.810
Indiyanto, A. (2013). Agama di Indonesia dalam Angka. Yogyakarta: CRCS.
Indonesia, C. (2016). Polri dan MUI Sepakat Larang Razia Atribut Natal. Retrieved June 26, 2018, from https://m.cnnindonesia.com/nasional /20161220215053-20-181113/polri-mui-sepakat-larang-razia-atribut-natal,html
Indonesia, R. (2018). Menimbang Fatwa MUI tentang larangan Memakai Atribut Non-Muslim.
Iswahyudi, . (2017). MUI dan Nalar Fatwa-fatwa Eksklusif. Al-Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 11(2), 361. https://doi.org/10.19105/al-ihkam.v11i2.785
Kompas. (2016). MUI Tak Boleh Ada Sweeping Atribut Keagamaan.
Manan, A. (2016). Diskursus Fatwa Ulama Tentang Perayaan Natal. MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 40(1). https://doi.org/10.30821/miqot.v40i1.213
MUI. (2016a). Hukum Menggunakan Atribut Keagamaan Non Muslim.
MUI. (2016b). Pedoman Dasar MUI 1975.
Muzakka, A. K. (2018). Otoritas Keagamaan dan Fatwa Personal di Indonesia. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 13(1), 63–88. https://doi.org/10.21274/epis.2018.13.1.63-88
Rumapea, M. E. (2016). Kedewasaan Beragama Salah Satu Wujud Kerukunan Beragama. JUPIIS: JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL, 8(1), 15–25. https://doi.org/10.24114/JUPIIS.V8I1.3679
Sajari, D. (2015). Fatwa MUI tentang Aliran Sesat di Indonesia (1976-2010). MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 39(1). https://doi.org/10.30821/miqot.v39i1.38
Syafaq, H. (2014). Kontroversi Seputar Tradisi Keagamaan Popular dalam Masyarakat Islam. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 2(1), 1. https://doi.org/10.15642/islamica.2007.2.1.1-15
Taher, E. P. (2009). Merayakan Kebebasan Beragama Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi. Jakarta: ICRP.
Wibowo, R. A. (2015). Fatwa MUI tentang Penyimpangan Ajaran Islam dan Tindakan Pelanggaran Kebebasan Berkeyakinan. Teosofi: Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam, 3(1), 117. https://doi.org/10.15642/teosofi.2013.3.1.117-145
Wijayanti, T. Y. (2016). Konsep Kebebasan Beragama Dalam Islam dan Kristen. Profetika: Jurnal Studi Islam, 17(01), 16. https://doi.org/10.23917/profetika.v17i01.2097